Minggu, 09 Januari 2011

RUMAH ADAT LAMIN


Rumah tradisional suku Dayak dikenal dengan sebutan Lamin. Bentuk rumah adat Lamin dari tiap suku Dayak umumnya tidak jauh berbeda. Lamin biasan
ya didirikan menghadap ke arah sungai. Dengan bentuk dasar bangunan berupa empat persegi panjang. Panjang Lamin ada yang mencapai 200 meter dengan lebar antara 20 hingga 25 meter. Di halaman sekitar Lamin terdapat patung-patung kayu berukuran besar yang merupakan patung persembahan nenek moyang (blang).

Lamin berbentuk rumah panggung (memiliki kolong) dengan menggunakan atap bentuk pelana. Tinggi kolong ada yang mencapai 4 meter. Untuk naik ke atas Lamin, digunakan tangga yang terbuat dari batang pohon yang ditakik-takik membentuk undakan dan tangga ini bisa dipindah-pindah atau dinaik-turunkan. Kesemua ini adalah sebagai upaya untuk mengantisipasi ancaman serangan musuh ataupun binatang buas.

Pada awalnya, Lamin dihuni oleh banyak keluarga yang mendiami bilik-bilik didalam Lamin, namun kebiasaan itu sudah semakin memudar di masa sekarang. Bagian depan Lamin merupakan sebuah serambi panjang yang berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan upacara perkawinan, melahirkan, kematian, pesta panen, dll. Di belakang serambi inilah terdapat deretan bilik-bilik besar. Setiap kamar dihuni oleh 5 kepala keluarga.

Lamin kediaman bangsawan dan kepala adat biasanya penuh dengan hiasan-hiasan atau ukiran-ukiran yang indah mulai dari tiang, dinding hingga puncak atap. Ornamen pada puncak atap ada yang mencuat hingga 3 atau 4 meter. Dinding Lamin milik bangsawan atau kepala adat terbuat dari papan, sedangkan Lamin milik masyarakat biasa hanya terbuat dari kulit kayu.

Rumah lamin dari suku Dayak Kenyah sebagai bangunan induk, lumbung padi (kerangking), tempat menyimpan mayat (lungun), bangunan panggung, dan sejumlah patung suku Dayak Bahau.
Lamin merupakan rumah panggung yang sangat panjang sambung-menyambung, ditempati puluhan keluarga—bahkan dapat menampung sampai 200 orang—sebagaimana rumah tradisional suku Dayak pada umumnya. Perbedaan hanya terletak pada nama dan rinciannya.

Seluruh bahan bangunan dari kayu ulin berwarna hitam yang tahan lama.
Tata ruang lamin merupakan rangkaian bangunan yang sama, terdiri atas ruang los panjang yang berfungsi sebagai tempat pertemuan, pelaksanaan upacara adat, serta tempat tidur bagi laki-laki, pemuda, dan tamu laki-laki. Di kanan-kiri ruang depan terdapat bilik berderet-deret yang merupakan tempat tidur keluarga dan anak-anak gadis, sedangkan dapur untuk memasak dan tempat makan keluarga berada di belakang bilik-bilik tidur.

Hiasan lamin berupa ukiran yang mengandung makna dan lambang tertentu, berupa stilisasi pola bangun-berulang, pilin, dan kait-berkait membentuk hiasan abstrak dan khas, misalnya ular naga, burung enggang, cumi-cumi, serta topeng dan kerangka manusia. Bagi orang Dayak, naga merupakan lambang kesaktian, kekuatan, dan kepahlawanan; enggang melambangkan ketinggian derajat, keluhuran budi, dan sekaligus lambang kebangsawanan; cumi-cumi lambang kerakyatan; sedangakan topeng dan kerangka manusia lambang kedamaian. Warna-warna yang digunakan adalah kuning, merah, biru, dan putih, yang mengandung arti keagungan, keberanian, pengabdian, dan kesucian.

Di depan lamin terdapat dua deret patung manusia dan hewan sebagai penjaga lamin beserta seluruh penghuninya, beberapa di antaranya terdapat binatang, seperti kera dan buaya, di atas kepalanya. Menurut kepercayaan Dayak, patung yang menghadap ke timur atau arah matahari terbit mempunyai kekuatan membantu mendatangkan rejeki dan kebaikan, sedangkan patung yang menghadap ke selatan mempunyai fungsi sebagai penolak bala atau roh jahat yang akan mengganggu. Patung-patung itu dinamakan sambang lawing dalam bahasa Dayak Tunjung. Di dekat patung terdapat blontang, tiang kayu tingggi untuk mengikat atau menambatkan binatang korban—biasanya kerbau atau sapi—dalam upacara adat.

Di belakang anjungan terdapat lungun, yakni peti berukir dan bertiang sebagai tempat menyimpan mayat pada suku Dayak Benuaq. Di sudut lain terdapat lumbung (kerangking), yang aslinya untuk menyimpan padi dan hasil panen suku Dayak Kenyah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar